Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Buton Selatan

Authors

  • Nurdin Mardan Universitas Dayanu Ikhsanuddin
  • Syahril Ramadhan Universitas Dayanu Ikhsanuddin

DOI:

https://doi.org/10.55340/administratio.v11i1.744

Keywords:

kearifan lokal, turakia, katampai, ombo, tana bagea, tanana koburu

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi praktik pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang telah dikembangkan dan diterapkan oleh masyarakat Buton Selatan. Fokus penelitian ini adalah  praktik pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Buton Selatan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif eksploratori. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data dengan mempergunakan wawancara semi terstruktur dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik analisis data menggunakan model interaktif  Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Buton Selatan sebagian masih mempraktekkan kearifan lokal dalam kehidupan keseharian. Kearifan lokal tersebut bersifat informal dan lebih mempertimbangkan harmoni dalam penerapannya. Masyarakat Buton Selatan masih mempertahankan kearifan tradisional yang diwariskan dan dijaga secara turun temurun. Masyarakat Buton Selatan mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya.Tata ruang terbagi ke dalam lima wilayah adat, yakni: turakia, katampai, ombo, tana bagea, dan tanana koburu. Masyarakat mengklasifikasikan kearifan lokal dengan kategorisasi secara umum pada obyek sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Misalnya, larangan untuk mencuri hasil hutan kayu yang dikenal dengan konsep hutan kaombo atau hutan terlarang. Secara harfiah, kaombo berarti dilarang-pelarangan mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan apabila dilanggar akan mendapat sanksi, baik sanksi melanggar doa-doa kaombo maupun sanksi adat. Kaombo merupakan pranata adat yang ditaati dan masih dijalankan sampai sekarang, sehingga masyarakat tidak berani menebang sembarang pohon di hutan kaombo. Kearifan lokal ini dapat membawa dampak positif bagi perlindungan wilayah perbukitan, pegunungan dan daerah aliran sungai. Kelembagaan kearifan lokal sampai sekarang masih ada. Seiring dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, hingga saat ini masyarakat Buton Selatan masih melindungi hutan secara adat (kaombo) maupun versi pemerintah.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bungin, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016, Indonesian Biodiversity Strategi and Action Plan 2015-2020, Jakarta.

Ekawati, S, 2014. Operasionalisasi KPH. Puspijak. Bogor. (unpublished).

Emil Salim, 1979. Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Penerbit Mutiara.

Gibson, 1990. Organisasi dan Manajemen. Terjemahan Djorban Wahid. Erlangga. Jakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi 2003. Hukum Perlindungan Lingkungan : Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Gadjah Mada University Press, Yokyakarta.

Handoko,T.Hani, 1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Yokyakarta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi Cetakan ke Tigapuluh. PT. Rosda Karya. Bandung.

Nurrokhmat, D. 2013. Tata Kelola Kawasan Untuk Mendukung KPH. Makalah dalam Seminar Reforma Agraria Kehutanan untuk Mendukung Tata Kelola Kehutanan Yang Baik 7 April 2014 di Gedung Manggala Wanabhakti. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Nurarafah,dkk. 2001. Kearifan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Kaindea di Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Najib Husain.M., Trisakti Haryadi.,Sri Peni Wastutiningsih, 2012. Penerapan Komunikasi Kelompok dalam Kepemimpinan Parabela

di Masyarakat Kabupaten Buton. Jurnal Penelitian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Jalan Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta.

Suharjito D., Saputro E. 2008. Modal Sosial Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Pada Masyarakat Kasepuhan, Banten Kidul. Bogor: Balitbang Kehutanan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 5 N. 4 Desember 2008, hal. 317- 335.

Putu Oka Ngakan, Heru Komarudin dan Moira Moeliono, 2008. Menerawang Kesatuan Pengelolaan Hutan di Era Otonomi Daerah. Jurnal Governance Brief, Nomor 38 Januari 2008.

Purwanto, Agus Joko.2007. Materi Pokok Teori Organisasi. Universitas Terbuka. Jakarta.

Robbins, Stephen P.1994. Teori Organisasi (Struktur, Desain, dan Aplikasi), Terjemahan. Arcon. Jakarta.

Sudarso,dkk. 2006. Teori Administrasi. Universitas Terbuka. Jakarta.

Susanto, Zuhdi. 2010. Sejarah Buton yang terabaikan Labu Rope Labu Wana. Raja Grafindo. Jakarta.

Downloads

Published

2022-04-01

Issue

Section

Articles