https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/issue/feed Jurnal Pendidikan Sejarah 2024-08-25T00:45:37+08:00 JPS pendidikansejarah@unidayan.ac.id Open Journal Systems <p>Jurnal Pendidikan Sejarah FKIP Unidayan mengkaji berbagai hal diantaranya kajian tentang kebudayaan, sejarah, dan penelitian tindakan kelas.</p> https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1628 URGENSI PENATAAN SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA MELALUI PERUBAHAN UUD NEGARA RI TAHUN 1945 2024-08-25T00:30:18+08:00 La Ode Abdul Munafi laodeabdulmunafi@gmail.com <p><em>Sejak ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dan berlaku kembali sejak 22 Juli 1959 hingga era reformasi 1999, UUD Negara RI Tahun 1945 telah mengalami empat kali perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan didasarkan pada pandangan bahwa UUD 1945 ini selain belum cukup memuat landasan bagi kehidupan bernegara yang demokratis, pemberdayaan rakyat, penghormatan HAM, juga karena mengandung sejumlah pasal yang menimbulkan multi-tafsir sehingga membuka peluang penyelenggara negara bertindak otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN. Perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 merupakan rangkaian kegiatan reformasi konstitusi guna perbaikan sistem ketatanegaraan Indonesia.</em></p> 2024-08-25T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1620 UPAYA GURU IPS DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 LAKUDO 2024-08-24T10:33:29+08:00 AMALUDDIN amaluddin@unidayan.ac.id <p>Permasalahan yang akan menjadi obyek penelitian adalah Bagaimana kesulitan&nbsp; belajar&nbsp; yang&nbsp; dihadapi&nbsp; siswa&nbsp; dan&nbsp; upaya&nbsp; yang&nbsp; dilakukan&nbsp; guru&nbsp; IPS untuk&nbsp; mengatasinya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “kesulitan&nbsp; belajar&nbsp; yang&nbsp; dihadapi&nbsp; siswa&nbsp; dan&nbsp; upaya&nbsp; yang&nbsp; dilakukan&nbsp; guru&nbsp; IPS untuk&nbsp; mengatasinya di SMP Negeri 2 Lakudo “.</p> <p>Maka dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.. Data jumlah yang menjadi populasi penelitian adalah 102 rang siswa (terdiri dari 4 rombongan belajar) untuk kelas VII. maka sampel penelitiannya sebanyak 25% dari populasi 102 orang. Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25 orang. instrumen penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini ada beberapa data yang diperlukan yaitu: wawancara observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data <em>Triangulasi</em></p> <p>Berdasarkan hasil penelitian &nbsp;Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menghafal materi-materi karena padanya perampingan jam pelajaran IPS sehingga waktunya yang dirasa kurang lama. Kurangnya waktu dalam mengerjakan materi hitung-menghitung yang ada pada pelajaran ekonomi. Menurut siswa materi yang disampaikan guru kurang banyak karena keterbatasan waktu dengan adanya perampingan jam pelajaran IPS sehingga siswa merasa sulit menemukan jawaban-jawaban pada soal-soal ujian. Guna memudahkan siswa untuk memahami dan menerima materi IPS dengan baik maka guru memberikan pembelajaran dengan model team teaching. Penggunaan model integrasi pembelajaran berdasarkan topik. Memberikan jam tambahan pelajaran IPS baik masih dalam jam pelajaran sekolah maupun diluar jam pelajaran sekolah. Meminta siswa agar memperluas materi-materi IPS melalui internet atau buku-buku yang ada diperpustakaan</p> 2024-08-24T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1617 PESTA ADAT BEKHASIANO LIWU DI DESA WOLOWA BARU KECAMATAN WOLOWA 2024-08-24T09:20:28+08:00 nasrun saafi nasrunsaafi3@gmail.com <p>Penelitian ini mengkaji dan mengungkapkan Pesta Adat <em>Bekhasiano Liwu</em> di Desa Wolowa Baru Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton, dengan tujuan: untuk mengetahui latar belakang adanya pesta adat <em>bekhasiano liwu</em>, proses pelaksanaan pesta adat <em>bekhasiano liwu</em>, dan makna yang terkandung pada pesta adat <em>bekasiano liwu</em>.</p> <p>Penelitian ini adalah penelitian sosial budaya dengan menggunakan metode&nbsp;&nbsp; pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan di Desa Wolowa Baru Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton dengan bertumpu pada pendekatan wawancara, observasi, dan studi kepustakaan.</p> <p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang adanya pesta adat <em>bekhasiano liwu</em> yaitu bermula dari kemenangan perang antara masyarakat Wolowa dalam menghadapi <em>sanggila</em> (bajak laut)<em>. </em>Dari kemenangan ini masyarakat Wolowa lalu mengadakan pesta adat sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Proses pelaksanaan pesta adat <em>bekhasiano liwu </em>di awali dengan tahap persiapan dan pembuatan isi <em>kacingkaha</em>, selanjutnya inti pelaksanaan pesta adat <em>bekhasiano liwu bermula dari </em>ziarah ke benteng Kantolobea, <em>liliano kampo </em>(keliling kampung), <em>angkeano tala </em>(angkat talang), dan diakhiri makan &nbsp;bersama,&nbsp; penampilan&nbsp; tarian-tarian &nbsp;adat,&nbsp; hiburan &nbsp;malam,&nbsp; bongkar <em>sabua</em> sebagai rangkaian acara penutup. Makna yang terkandung dalam pelaksanaan pesta adat <em>bekhasiano liwu </em>di Desa Wolowa Baru Kecamatan Wolowa adalah: makna religi yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan perlindungan keselamatan, kesehatan, dan rezeki; Makna sosial yaitu sebagai sarana membangun hubungan silahturami dalam kehidupan masyarakat Wolowa; Makna budaya yaitu pesta adat <em>bekhasiano liwu </em>merupakan suatu tradisi warisan dari nenek moyang yang harus tetap dilestarikan sebagai jati diri masyarakat Wolowo</p> 2024-08-24T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1629 TULA-TULANA RAJA INDARA PITARA: Sebuah Kajian Analisis Episode 2024-08-25T00:45:37+08:00 siti nur alam sittinuralam1@gmail.com hasaruddin hasaruddin@unidayan.ac.id <p>Buton sejak menjadi tempat persinggahan telah mengembangkan tradisi tulis. Tadisi tersebut dapat dilakukan atau ditulis oleh masyarakat lokal atau karya-karya sastra tersebut didatangkan dari luar khusunya pada daerah Melayu. Jaringan intelektual menciptakan pengembangan karya-karya sastra khusunya di Buton. Salaah satu karya sastra tersebut adalah <em>Tula-Tulana Raja Indara Pitara.</em> Naskah tersebut disalin ole masyarakat Buton dari aksara Arab Melayu menjadi Aksara Arab Wolio. Naskah ini berbahasa Wolio yang terdari dari 170 halaman. Teks naskah menceritakan seorang tokoh yang bernama Indara Pitara yang berjuang mempertahankan hidup karena dibahwa oleh seekor burung merak. Pada kajian ini akan dilakukan pembagian episode berdasarkan alur ceritanya. &nbsp;&nbsp;</p> <p>Metode&nbsp; penelitian&nbsp; yang&nbsp; digunakan&nbsp; adalah&nbsp; deskriptif&nbsp; kualitatif dengan mengunakan pendekatan ilmu sastra khusunya sosiologi. Sumber data yang digunakan adalah <em>Tula-Tulana</em>&nbsp; <em>Raja Indara Pitara. </em>Teknik&nbsp; yang&nbsp; digunakan&nbsp; adalah Purposive&nbsp; Sampling. Teknik pengumpulan data, melalui pelacakan lewat buku-buku, perpustakaan, dan koleksi pribadi. Membaca dan menganalisis hasil teks naskah. Dalam melakukan validasi data menggunakan trianggulasi&nbsp; teori . teknik analisis data untuk&nbsp; menganalisis&nbsp; data&nbsp; dalam&nbsp; <em>Tula-Tulana</em>&nbsp; <em>Raja Indara Pitara </em>ini ada tiga komponen pokok, yaitu: 1) reduksi data; 2) display&nbsp;&nbsp; data;&nbsp; dan&nbsp; 3)&nbsp; penggambaran&nbsp; kesimpulan.</p> <p>Hasil Penelitian menunjukan bahwa tahap awal kerajaan Amantapure memangil beberapa orang ahli nujum untuk dimintai keterangan tentang anak yang dilahirkan oleh permaisuri. Episode kedua mengisahkan tinggal bersama <em>Nenengkubaeya</em>, seorang pedagang bunga yang berdiam di komuitas jin. Episode ketiga <em>Raja Indara Pitara</em> diutus untuk mencari obat yang dapat menghidupkan binatang yang telah mati. Episode ini Raja Indara Pitara dalam perjalanannya banyak mendapat rintangan.</p> <p>Pada bagian lain dikisahkan pula bahwa pertemuan antara <em>Indra Pitara</em> dengan <em>peri</em> yang berasal dari kayangan bernama putri Kumala Ratna Sari anak raja Batarasahu. Lepas dari persoalan tersebut pada episode selanjutnya setelah <em>Raja Indara Pitara</em> melanjutkan perjalanannya mengembang amanat dari Raja Sahasiani menemui bukit yang yang dapat dilewatinya. Tetapi karena <em>Raja Indara Pitara</em> telah menaklukan bangsa jin. Raja Indara Pitara kembali ke kampung halamannya</p> 2024-08-25T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1627 OMBO : FUNGSI SOSIAL PADA TRADISI MASYARAKAT SIOMPU BARAT 2024-08-24T20:15:20+08:00 Munawir Mansyur awirjrt099@gmail.com La Ode Muhammad Muskur laodemuhmuskur@unidayan.ac.id <p><em>Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Apa yang melatarbelakangi munculnya tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 2) Bagaimana</em><em>kah</em><em> tata cara pelaksanaan tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 3) Manfaat apa saja yang diperoleh oleh gadis yang telah melakukan tradisi ombo (pingitan). Tujuan penelitian adalah 1) Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 2) Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 3) Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh oleh gadis yang telah melakukan tradisi ombo (pingitan). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatfi.</em></p> <p><em>Hasil penelitian ini adalah 1)&nbsp; Latar belakang munculnya tradisi ombo Tradisi ombo ini, berawal dari cerita &nbsp;yang diyakini masyarakat setempat yaitu pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri beserta anak perempuannya yang hanyut di perairan Siompu. Kemudian melakukan batata (membuat nazar). “Jika kita selamat dari musibah ini maka kita akan membuat acara pounde-umde&nbsp; (memanjakan) bagi si anak gadis ”. &nbsp;setelah selamat sebelum pelaksanaan acara si gadis harus do ombo’e kadei selama beberapa hari agar pada saat pelaksaan si gadis akan cantik.kegiatan ini dilaksanakan berulang-ulang dan menjadi sebuah tradisi; 2) Tata cara pelaksanaan: tahap persiapan yaitu metau’a (musyawarah) untuk berapa peserta yang mengikuti, waktu, dan tempat pelaksanaan tradisi ombo. Tahap pelaksanaan:&nbsp; pengukuhan peserta, malono tangia (malam isak tangis),&nbsp; pirambi ganda, mandi wajib, kafoluku (masuk kamar),&nbsp; pemberian nasehat, pibura, baliana yimpo (perubaha posisi tidur),pemakaian baju adat Buton, kalempagi (melewati pintu).Tahap penutup: kafosambu (pemberian uang), penjemputan keluarga.; 3) Manfaat yang diperoleh gadis yaitu pembelajaran etika/moral : terdapat peraturan yang tidak tertulis seperti bagaimana cara merawat diri, pengaturan makanan dan minum dengan porsi ditentukan, serta posisi tidur yang benar. Berikutnya, Perawatan fisik : peserta atau gadis yang mengikuti tradisi ombo (pingitan) diatur jadwal dan porsi makannya. Manfaat selanjutnya Psikis : diberikan beberapa bimbingan pranikah bagi para gadis remaja oleh bhisa dalam mematangkan jiwa mencapai tujuan pernikahan atau kehidupan berumah tangga</em></p> 2024-08-24T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1619 TRADISI SUNGKAWI SANGIA PADA MASYARAKAT SIOMPU KABUPATEN BUTON SELATAN 2024-08-24T10:17:34+08:00 HAERUDDIN haeruddin@unidayan.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Latar belakang penelitian ini bertolak dari belum adanya kajian atau studi yang secara khusus membahas tentang kebudayaan masyarakat Siompu secara khusus. Penelitian ini mengungkapkan aspek-aspek historis tradisi <em>Sungkawi sangia</em> dalam kehidupan masyarakat Siompu, dengan tujuan; (1) mendeskripsikan latar&nbsp; belakang munculnya Tradisi <em>Sungkawi sangia</em> di Siompu, (2) menguraikan prosesi pelaksanaan Tradisi <em>Sungkawi sangia</em> di Siompu.</p> <p>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan analisis deskriptif kualitatif. Penggunaan metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta menyimpulkan data-data yang mempunyai hubungan antara fenomena yang diteliti. Untuk mendapatkan data yang akurat sehubungan dengan penelitian ini, digunakan teknik wawancara mendalam dengan informan pokok dan teknik observasi atau pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti.</p> <p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Upacara <em>Sungkawi sangia</em> dalam ingatan kolektif masyarakat Siompu mulai dilaksanakan sejak adanya parabela pertama di Siompu. Tentang kapan waktunya tidak dapat diketahui lagi, mengingat tradisi ini hanya tersimpan dalam ingatan masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pada hakekatnya tradisi <em>Sungkawi sangia</em> merupakan perwujudan rasa terimakasih masyarakat Siompu yang telah diberikan keselamatan dan ketentraman hidup (2) Prosesi <em>Sungkawi sangia</em> dimulai dengan membaca doa di depan kaperansa dan tuturangi, kemudian memutarkan kelapa muda di depan kaperansa dan tuturangi&nbsp; secara bergantian (dua orang tadi saling membelakangi). Setelah prosesi selesai, kedua orang tersebut datang ke darat dan datang dua orang yaninnya untuk mengambil kembali isi kaperangsa dan tuturangi kemudian menyiram batu tadi (tempat upacara sungkawi sangia) dengan air laut. Setelah itu mereka naik di darat untuk membaca doa. Setelah pembacaan doa, semua rombongan dipersilahkan untuk makan. Acara selesai ditutup dengan pangara melapor kepada parabela bahwa prosesi upacara telah selesai. Lalu semuanya pulang dan diawali parabela yang terlebih dahulu meninggalkan tempat</p> 2024-08-24T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah https://ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1616 KAMOMOSE LAKUDO: PERUBAHAN TRADISI DARI SAKRAL KE PROFAN 2024-08-24T09:06:24+08:00 Rustam Awat awatrustam1@gmail.com <p>Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui proses&nbsp; pelaksanaan&nbsp; tradisi&nbsp; kamomoose di masa lalu dan sekarang; 2) Untuk mengetahui faktor&nbsp; yang&nbsp; menjadi&nbsp; penyebab&nbsp; perubahan tradisi kamomoose. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.</p> <p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan tradisi kamomoose di masa lalu dilakukan dengan tujuan sebagai ajang pencarian jodoh. Sebelum komomoose digelar, para gadis akan dihadirkan pada acara <em>matano kahia'a</em> (malam puncak pingitan). Mereka akan dikukuhkan secara adat sebagai gadis dewasa yang dirangkaikan dengan acara kamomoose. Di malam puncak acara pingitan, kamomoose digelar oleh dewan adat (<em>saha</em>) di depan <em>galampa</em> atau balai pertemuan adat. Waktu pelaksanaan kamomoose itu didasarkan atas perhitungan malam bulan di langit yaitu empat belas malam bulan atau lima belas malam bulan. Para tokoh adat akan membuka acara dengan menabur kacang (<em>fopanga</em>) mengelilingi gadis-gadis yang duduk di acara kamomoose tersebut. Setelah itu lalu diikuti oleh para pemuda yang bersiap untuk memasuki acara kamomoose sambil menjatuhkan kacang dan terkadang pula benda berharga ke dalam baskom yang ditujukan pada perempuan yang dicintainya.</p> <p>Di masa kini, kamomoose dilaksanakan dengan tujuan sebagai hiburan semata, sebagai momen silaturahmi dengan keluarga, sahabat, dan para tetangga untuk mempererat persatuan dan kesatuan. Penetapan pelaksanaan tradisi kamomoose sekarang dilaksanakan setiap tahun secara perorangan, setelah lebaran idul fitri, dengan harapan suasana kampung menjadi ramai karena banyak dari para perantau yang pulang ke kampung halaman. 2) Faktor yang menjadi penyebab perubahan tradisi kamomoose adalah hilangnya tradisi pingitan (<em>ombo</em>) pada masyarakat Lakudo. Tradisi kamomoose dari yang sebelumnya bersifat sakral menjadi profan, dari tradisi menjadi hiburan semata disebabkan karena sudah tak ada lagi tradisi pingitan. Hilangnya tradisi pingitan merupakan faktor utama yang mengubah pelaksanaan tradisi kamomoose mulai dari tujuan pelaksanaan, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, hingga gadis-gadis yang duduk di acara kamomoose tersebut.</p> 2024-08-24T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Pendidikan Sejarah