KAMOMOSE LAKUDO: PERUBAHAN TRADISI DARI SAKRAL KE PROFAN

Authors

  • Rustam Awat

Keywords:

perpindahan, pemukiman, kampung lama, pesisir

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui proses  pelaksanaan  tradisi  kamomoose di masa lalu dan sekarang; 2) Untuk mengetahui faktor  yang  menjadi  penyebab  perubahan tradisi kamomoose. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan tradisi kamomoose di masa lalu dilakukan dengan tujuan sebagai ajang pencarian jodoh. Sebelum komomoose digelar, para gadis akan dihadirkan pada acara matano kahia'a (malam puncak pingitan). Mereka akan dikukuhkan secara adat sebagai gadis dewasa yang dirangkaikan dengan acara kamomoose. Di malam puncak acara pingitan, kamomoose digelar oleh dewan adat (saha) di depan galampa atau balai pertemuan adat. Waktu pelaksanaan kamomoose itu didasarkan atas perhitungan malam bulan di langit yaitu empat belas malam bulan atau lima belas malam bulan. Para tokoh adat akan membuka acara dengan menabur kacang (fopanga) mengelilingi gadis-gadis yang duduk di acara kamomoose tersebut. Setelah itu lalu diikuti oleh para pemuda yang bersiap untuk memasuki acara kamomoose sambil menjatuhkan kacang dan terkadang pula benda berharga ke dalam baskom yang ditujukan pada perempuan yang dicintainya.

Di masa kini, kamomoose dilaksanakan dengan tujuan sebagai hiburan semata, sebagai momen silaturahmi dengan keluarga, sahabat, dan para tetangga untuk mempererat persatuan dan kesatuan. Penetapan pelaksanaan tradisi kamomoose sekarang dilaksanakan setiap tahun secara perorangan, setelah lebaran idul fitri, dengan harapan suasana kampung menjadi ramai karena banyak dari para perantau yang pulang ke kampung halaman. 2) Faktor yang menjadi penyebab perubahan tradisi kamomoose adalah hilangnya tradisi pingitan (ombo) pada masyarakat Lakudo. Tradisi kamomoose dari yang sebelumnya bersifat sakral menjadi profan, dari tradisi menjadi hiburan semata disebabkan karena sudah tak ada lagi tradisi pingitan. Hilangnya tradisi pingitan merupakan faktor utama yang mengubah pelaksanaan tradisi kamomoose mulai dari tujuan pelaksanaan, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, hingga gadis-gadis yang duduk di acara kamomoose tersebut.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Henraman. 2015. “Transformasi Tradisi Kamomoose di Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Komunikasi Antarbudaya)”. Skripsi. Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy J, 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhlis. 2020 “Kamomose: Perubahan Dari Tradisi Ke Hiburan (Studi Pada Masyarakat Lakudo”. Skripsi. Baubau: FKIP Universitas Dayanu Ikhsanuddin.

Riska. 2017. “Tradisi Kamomoose pada Masyarakat Lakudo Kabupaten Buton Tengah”. Skripsi. Kendari. Universitas Haluoleo

Salihun, Sukmawati, Manan Sailan, dan Najamuddin. 2023. “Tradisi Kamomoose Sebagai Bagian Warisan Budaya Masyarakat (Studi di Kelurahan Lakudo Kecamamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara”. Jurnal Phinisi Integration Review. Makassar: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana Universitas Negeri Makasssar.

Downloads

Published

2024-08-24