Keba dalam Pembuatan Rumah (Studi pada Masyarakat Cia-Cia Laporo di Kelurahan Bugi, Kota Baubau)
Keywords:
KebaAbstract
Masalah penelitian ini: 1) Bagaimana cara mengetahui rumah masyarakat yang memiliki keba, dan 2) Apakah dampak negatif yang akan dialami oleh masyarakat jika rumahnya terdapat keba. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui rumah yang memiliki keba pada masyarakat Cia-Cia Laporo di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau dan dampak negatif yang dialami masyarakat jika rumahnya terdapat keba. Jenis penelitian ini adalah penelitian budaya dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah parabela (ketua adat), moji, pande (tukang dalam pembuatan rumah), kaboghi (orang yang mensarati rumah yang memiliki keba), bhisano kampo (dukun kampung), pande kilala (peramal) dan masyarakat di Kelurahan Bugi yang mengetahui tentang keba. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian sosial budaya yaitu observasi (pengamatan), wawancara, dan studi kepustakaan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara dan telepon seluler untuk merekam. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1)Cara mengetahui rumah yang memiliki keba ditandai dengan masyarakat yang mengalami penyakit. Biasanya masyarakat akan langsung ke pande kilala (peramal) untuk melihat penyakit yang dialami oleh anggota keluarganya apakah disebabkan oleh keba yang ada pada rumahnya. Selanjutnya, masyarakat akan meminta tolong ke pande keba (orang yang mengetahui tentang keba) untuk melihat rumah tersebut, apakah terdapat kesalahan-kesalahan ketika dibangun, misalnya posisi kayu terbalik, membagi kayu pada satu pohon kepada saudara dan orang tua kandung, air hujan di atap rumah jatuh di atap/halaman rumah tetangga (pocigipi kakeno hato), pembuatan dinding dan rangka atas tidak memiliki arah yang sama, cucumbu (tiang raja) yang mengenai kamar atau pintu, dan posisi kayu badan rumah yang tidak memiliki arah yang sama. Selain itu, rumah yang dibangun lebih kecil dari pada rumah sebelumnya, lahan yang digunakan untuk membangun telah melewati batas, dan dapur lebih tinggi dari badan rumah. Jika ada keba maka rumah tersebut akan diperbaiki Kembali; 2) Selain keba pada rumah kayu, keba juga terdapat pada rumah batu misalnya pipa pembuangan melewati kamar, pohon yang masih tertanam di dalam pondasi. Dampak negatif yang dialami oleh masyarakat jika rumahnya terdapat keba yaitu pemilik rumah akan terkena penyakit di antaranya muntah darah (polonaiaso gea), mati badan (kugu pale), batuk darah (kukudaaso gea), ambeyen (ulu buli-buli), dan kabalasia (serasa ditusuk-tusuk benda tajam).
Downloads
References
Franciska, B dan L.K. Wardani (2014). “Bentuk, Fungsi dan Makna Interior Rumah Adat Suku Tolaki dan Suku Wolio di Sulawesi Tenggara”. Jurnal Intra Vol. 2 (2): 688-701.
Jurumai, L.P. (2018). “Sumangano Ompu Sebagai Kesadaran Transendental Tata Ruang Permukiman Desa Dan Tata Ruang Rumah Tradisional Suku Cia-Cia Laporo Desa Gunung Sejuk”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Koentjaraningrat, 1979.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman.(1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Priyono S. 1992. Kebudayaan, Arsitektur dan Bahasa di Sulawesi Utara. Jakarta: LIPI.
Sabono, Ferdy, 2017. Konsep Rumah Tumbuh Pada Rumah Adat Tradisonal Dusun Doka, Nusa Tenggara Timur. Media Matrasain Vol. 14 No. 1: 34-48.
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.